Minggu, 27 Mei 2012

Dark Blood and The Death Of Love


Selamat membaca………..



CHAPTER 1 Di dunia ini ada berbagai jenis makhluk gaib yang carminibus coelo possunt deducere lunam, dan sejak dulu mereka sudah terbagi menjadi enam golongan : yang hidup di api, di udara, di daratan, di air di bawah tanah, dan  jenis makhluk mengerikan. Beberapa di antara mereka masih hidup tersembunyi dihutan dan jarang terlihat atau berjumpa manusia.  Mereka dikenal di seluruh dunia dengan nama berbeda-beda salah satunya, Vampire / Dracula, spesies makhluk penghisap darah-darah segar, Vampire/ Dracula adalah makhluk setengah manusia.
                        Es war einmal im tiefen, tiefen wald.” (di kedalaman hutan yang paling dalam) Hutan yang mengelilingi area terbuka tampak begitu tebal dan mustahil dimasuki. Tersembunyi, Kastil tua sekilas nampak menyeramkan. Dalam keremangan cahaya, burung-burung gagak terbang bersama untuk bermalam di batang pohon ek  gundul. Seekor demi seekor, membumbung tinggi membentuk bayangan hitam didalam cahaya yang mulai redup. Seorang vampire diam, mengamati gagak-gagak itu, sigap, tanpa suara, seekor gagak jantan muda berhasil ia tangkap. Seringai senyum menakutkan nampak diraut wajahnya, tangan vampire Kevin mengapit kaki gagak dan mencengkeramkannya di tangan. Segera setelah mendapat buruan gagak, sang vampire Kevin terbang melayang ke angkasa menuju Kastil Tua.
 Lorong demi lorong kastil dia lewati, hingga pada akhirnya sampai pada sebuah tikungan penuh pintu-pintu menuju sebuah ruangan. “Kkaakkkk… dimana kau!?” berteriak sembari terbang melayang layang. Dari arah berlawanan muncul vampire Ronald bertubuh tegap dan gagah menepuk bahunya. “Astaga,.!!!!!!! Kau mengagetkan ku! Apakah ini cukup?” memamerkan gagak buruannya. “Ya.!” Merebut tangkapannya dan bergegas menuju loteng atap kastil.
“Apa kau yakin, darah gagak jantan beserta campuran darah 100 manusia mampu membuat kita tahan sengatan matahari?” Tanya vampire Kevin was-was. “Tidak. tanpa ramuan ini.!” Menunjukkan sebotol cairan ber’uap biru. “Apa?”
“Ini adalah jiwa Leprechaun, Roh jahat dewa Irlandia.” Jawabnya sambil menuangkan ramuan dalam satu wadah penuh darah manusia dan gagak. Seketika air darah tiba-tiba mendidih dengan sendirinya, warna darah berubah menjadi kebiru-biruan bercampur asap warna warni. Kilatan cahaya bertebaran disekitar ramuan, kepulan asap memekakkan ruangan kastil tua. Beberapa roh-roh 100 manusia berterbangan bersamaan dengan darah yang mulai berubah warna dan bentuk.
“Minum ini! Aku juga akan meminumnya!” Kata vampire Ronald seraya menyodorkan ramuan anti matahari. Kevin yang disodori hanya menurut dan meminumnya. “SSSSSRRRRRIIINNGGG” bersamaan, mereka berubah wujud, sayap hitam dan gigi taringnya mulai beringsut menghilang.
“…. Sayapku… Taringku…… Badanku…. Bagaimana ini bisa terjadi? Kita… Kita….menjadi manusia! Haruskah? Bukankah ramuan ini seharusnya untuk bertahan terhadap sinar matahari? Dengan tubuh setengah manusia saja kita sudah kesulitan, apa lagi menjadi manusia seutuhnya!? TIIDAAKK!!” Kevin menatap dirinya dicermin dengan pasrah merana. “Tenang.. pasti ada kesalahan disini, tunggu…” Ronald mencoba berfikir, namun hasilnya nihil. “Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Kevin mulai frustasi.
“Aku akan memikirkan cara menjadi vampire lagi. Dan Jalan terakhir, untuk bertahan hidup adalah menjadi manusia. Hidup diantara mereka!” jelasnya, menenangkan Kevin.
            Awan hitam pekat perlahan berubah biru cerah, dan dalam beberapa menit kabut tebal memasuki hutan. Cahaya merah dan biru berpendar diatas puncak-puncak pohon, memantul diatas langit. Sejuk terasa, burung-burung camar siyap terbang mencari makan, kicauan burung-burung membangunkan Ronald dari lamunan fikiran bagaimana menjadi vampire lagi.
“Aku lapar…” keluh Kevin memecah keheningan. “Kau bisa memakan daun-daun itu. Kita sekarang manusia.” Menunjuk pohon-pohon  rindang diluar kastil. “Jika seperti ini terus, aku bisa benar-benar GILA!!!” vampire Kevin keluar menuruni tangga kastil, melewati pintu-pintu, lorong-lorong dan sampai pada pintu megah kastil.  Matanya silau karena sinar matahari yang mulai menyingsing keatas, kaki terseret terseok-seok menuju pepohonan Ceri yang mulai berbuah. Tangannya meraih menggapai sebilah batang penuh buah Ceri, na’as baginya yang tidak bisa memanjat ataupun terbang memetik buah Ceri. “SIIAAAL!! Kekuatankupun sama sekali tidak bisa dipakai.” Umpatnya.
Ronald keluar kastil, dengan beberapa tas berisi barang-barangnya. “Kalau kau masih ingin hidup, dan tidak kelaparan, cepat kemasi barang-barangmu! Kita akan hidup berbaur bersama manusia. Butuh berjam-jam.. atau mungkin berhari-hari, untuk sampai ke kota.” Ucapnya.
“Huh… baiklah. Asal kau disisiku, apapun pasti terasa lebih indah” memasang senyum termanis.
            Siang hari teramat panas, di dunia yang berwarna hijau dalam keadaan lapar dan kurus. Ronald dan Kevin terus berjalan bergandengan tangan menyelusuri sungai hitam tengah hutan. Sungai itu lebih dikenal dengan “sustantivo” sungai kematian, setetes air sungai berwarna hitam menimbulkan dampak besar yang sangat fatal! Tetesan air sungai itu, akan meresap masuk melalui pori-pori kulit, perlahan akan merusak organ-organ tubuh, hingga tak berfungsi lagi. Hanya ada satu cara untuk menghilangkan racun sungai hitam, Gigitan Hobgoblin.
Dua hari dua malam, Kevin dan Ronald menyusuri hutan, pohon-pohon buah liar yang menjadi makanan keseharian mereka selama perjalanan.
“Kakak, apa kau dengar suara??”
“Suara apa?”
“Dengar itu baik-baik, suara bising itu… dari arah sana!” ugkap Kevin seraya menggait tangan Ronald berlari mendekati asal suara.
Jalan beraspal nampak didepan mata mereka.
 “Benda apa itu.!? Kenapa begitu banyak benda berjalan seperti itu? Apa itu sejenis hewan? Makhluk berkaca dan berbaja yang sangat aneh.! Mereka sedang mencoba memakan manusia ya,.!? Tapi kenapa cara memakannya transparan?” Kevin bertanya dengan mimik polos pada Ronald, sementara Ronald yang ditanya masih asyik mengintip dibalik celah semak.
Ronald berbalik memandang Kevin dan menjitaknya, “Bodoh!! Itu mobil..!! Kau tahu apa ini artinya…!?” senyum lebar dengan mata senang membara diwajahnya.
“Apa..? Kita bisa memakannya, bersama manusia itu?” Tanya Kevin lagi.
Senyum Ronald menghilang sebentar karna kepolosan Kevin, “Astaga… kenapa dikepalamu hanya ada makanan?” menjitak kepala Kevin lagi.
“Auw… sakit… akukan tidak tahu,makanya tanya.! Lagipula kita hanya makan buah-buah liar itu, rasanya tidak enak tahu.!! Kalau ada makanan lain, pasti aku akan memilih makanan itu.!”
“Hahh… (mendengus kesal) dengar… kita.. sudah  hampir sampai kota.!”
“Benarkah? YYaaahuuuuu……”  Kevin loncat-loncat, berteriak kegirangan.
“Sekarang.. fikirkan, bagaimana kita bisa menghentikan mobil-mobil itu untuk sampai ke pusat Kota.!”
“Itu gampang..! Serahkan padaku.”
Kevin berlari menuju tengan jalan beraspal itu, dari jauh terlihat truk melaju kencang, “Hai…. Berhenti!!!”
“Ciiiiiiittttt” truk berhenti mendadak dengan suara dentuman rem keras.
“Apa kau mau mati huh?” supir Truk mulai mengomel pada Kevin.
“Hai… apa kami bisa menumpang ke kota,.!?” Teriak Kevin bersemangat, disusul Ronald dari arah samping menghampiri.
Supir truk mengamati Kevin dan Ronald dari atas sampai bawah, bingung akan penanpilan dua mkhluk didepannya. “Astaga… apa mereka berdua ini gila?” berkata dalam hati.
“Baiklah, tapi aku hanya bisa mengantar sampai perbatasan saja.!”

            Dunia yang bising dan gemerlap cahaya dimalam hari sangat asing, bagi makhluk kurus, berperawakan aneh dengan jubah berjas hitam kebesaran melilit tubuh. Terkecuali untuk Ronald, vamire kibum sangat agresift didunia Dracula. Ronald sering mengunjungi kota-kota besar didunia guna memperoleh santapan segar, lezat, dari darah perempuan lajang tak ternoda.
“Dunia ini jauh lebih menakjubkan dari yang aku bayangkan. Tapi tunggu, kenapa manusia-manusia tolol itu melihat kita? Apa kita begitu mencolok?” Seringai Kevin dari tatapan-tatapan mata orang-orang lalulalang di tengah kota.
Ronald mentap sekelilig dengan tatapan menyergah, “Huh…” dengus Ronald menatap bajunya. “Tak usah kau perdulikan mereka, aku yakin di kota New York ini masih tersisa beberapa vampire generasi “Yi”. Ikut aku, membuntuti dia!” Jawab kibum seraya matanya tetap mengawasi laki-laki berbadan tegap yang berbelok ditaman “Central Park”. Ratusan ruang dan tempat relaksasi dan pengalaman budaya dilewati begitu saja oleh laki-laki itu, hingga sampai pada suatu tempat gelap bermandikan temaram cahaya lampu ujung air pancuran. Berdiri wanita berbalut gaun merah elegan menunggu di kursi taman. Entah apa yang dibicarakan,tapi pelan-pelan laki laki itu menikam perempuan tepat pada lehernya. Taring kuat keluar dari mulutnya, menggigit pelan leher mulus perempuan itu.
“Hah.!” pekik Kevin tertahan dari balik pohon.
“Sshhhh…” desah Vampir yang masih menjilati darah dibibirnya, menengok kearah pohon besar tempat Kevin dan Kibum berada. Mendekat melayang mengitari taman sambil mengendus.
Kibum yang tau situasi, keluar dari persebunyian, “Hallo Jack, Kurasa kau tak melupakanku?” sapa Ronald.
“Siapa kau, manusia tak kenal takut?” Jawabnya melayang turun menginjak tanah.
“Wow.. penciumanmu masih kuat kurasa. 100 tahun lalu kita pernah menciptakan ramuan keabadian di pondok sebrang desa kota New York. Apa kau masih ingat?”
Laki-laki itu mendekat mengamati Kibum dan Kevin, “Ronald.!?”
“Yah.”
“Kau….”
“Aku terjebak menjadi manusia setelah meminum ramuan anti matahari. Yeah, kau tau sendiri, aku selalu meneliti ramuan-ramuan yang bisa membuat kaum kita Berjaya.”
“Baiklah… apa yang bisa kubantu untukmu, sahabat lamaku.” Matanya mulai menyipit menatap Kevin.
“Oh… dia adikku. Bisakah kau menampungku dirumah mu?”
“Tidak, aku tidak bisa. Kakak-kakakku pasti akan tergiur menghisap darahmu. Tapi aku punya solusi tepat untuk menolong kalian. Tunggu disini.” Ungkapnya sembari melayang pergi.



CHAPTER 2Kampus STOFF tampak ramai nan sibuk, karena persiapan kedatangan Bapak Mentri Pendidikan Amerika Serikat.
“Yuri….!!! Tolong ambilkan aku peralatan dekorasi di gudang.” kata salah satu senior berbaju biru nan elegan.
“Iya.. Senior!!”
“Hai.. aku juga butuh beberpa pita merah yuri…” Teriak senior Park.
“Yuri.. bawakan aku setumpuk kain warna biru.”
“Yuri.. lihat itu, bunganya layu.. cepat siram.!”
“Yuri.. cepat, alat dekorasinya..!!”  Beberapa senior mulai ikut-ikutan menyuruh Yuri.
“Iya senior!! Tanganku cuma satu, tolong bersabar sedikit, masih banyak yang harus aku kerjakan.” Jelas Yuri, pada senior-seniornya memasang wajah tersenyum dipaksakan.
            Dengan langkah gontai dan lelah, Yuri melangkah menuju belakang kampus, tepat dibalik semak belukar terlihat bangunan tua tempat penyimpanan barang-barang (gudang).
            Dengan langkah gontai dan lelah, Yuri melangkah menuju belakang kampus, tepat dibalik semak belukar terlihat bangunan tua tempat penyimpanan barang-barang (gudang). Kaki Yuri mulai menapaki ruang gudang yang gelap dan menyeramkan. Terdengar suara didalam gudang pojok kanan, dekat rak pita, jantung Yuri berdegup kencang, bulu kudu berdiri dan....
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAArrrrrrrrrrGGGGGGGGHH" 
Teriakkan  membahana diruangan itu, nampak 2 wajah laki-laki menyeramkan, pucat, kusut dan bau beringsut di samping kardus-kardus dekat meja pita.
“Hah....kalian mengagetiku, senior…!"
"Senior..???" tanya Kevin.
"Ya, oh.. sedang apa kau kesini?" sambung Ronald berlagak sok kenal.
"Aku? A... aku mengambil peralatan dekorasi." kata Yuri sembari mengedarkan mata kesekeliling mencari kardus peralatan dekorasi ditengah tumpukan kardus kardus yang berserakan.