Angin sepoi menggoyangkan rerumputan liar dipadang bukit
desa yang menjulang. Di sebuah rumah dipinggir Desa, tercium aroma hangus bau
mayat dibakar. Gonggongan anjing terdengar seperti yang biasa mereka lakukan
bila hari beranjak malam. Seseorang terbaring lemah di ruangan identik interior
gaya kamar tradisional jepang. Di samping tempat tidur futon, duduk lelaki
paruh baya merawat si pemuda menggunakan tonik obat tradisional. Sedangkan di
atas atap ruang nampak hantu Onryou berterbangan gelisah tak kasat mata. Beberapa
menit kemudian pemuda itu sadar, “Lee Xian, kau tidak apa apa? Sakit? Kau
pingsan sejak tadi.”
“Hmm... Ya. Hanya sedikit kelelahan.”
“Ya... aku bisa
mengerti keadaan mu, tapi... bagaimana pun juga, berlari ditengah upacara
pembakaran mayat itu tidak baik. Baiklah, istirahatlah saja. Aku sangat
berhutang budi padamu, karena kau telah menemukan jasad anakku.” Jawab lelaki
tua itu sembari berdiri melangkah menuju pintu layar kertas (shoji).
Onryou begitu gembira melihat Lee Xian sadar, berbagai
pertanyaan terlontar dalam benaknya. Rupanya, sambaran petir dari kejaran
utusan Neraka yang salah sasaran hanya membuatnya tersengat dan jatuh pingsan.
Di pagi yang cerah, Lee Xian berpamitan pulang, ia ingin
menyelesaikan khasus terbunuhnya hantu Onryou. Perjalanan panjang akhirnya
berhenti pada sebuah rumah berlantai kayu yang terletak di dekat pusat kota. Dirumah
yang tidak begitu megah, wanita cantik berkulit putih bermata hitam dan
berambut sebahu menyambut kedatangan Lee Xian, namanya Yuki, pelayan satu-satunya
Lee Xian. Hantu Onryou yang selalu mengikuti Lee Xian menatapnya sinis dengan
iri.
Beberapa usaha penyelidikan Lee Xian lakukan bersama
pelayannya Yuki, akan tetapi tidak ada hasil yang ditemukan, hanya beberapa
berkas-berkas mengarah pada kelompok G. Namun tidak ada bukti yang
mengisyaratkan pelaku pembunuhan hantu Onryou. Kisah cinta pelik terjadi antara
Hantu Onryou dan Lee Xian, kecemburuan terlihat jelas ketika hantu Onryou
melihat Lee Xian begitu dekat dengan pelayannya Yuki.
“Aku tidak suka kau dekat dengannya. Usir dia.!! Atau paling
tidak, hilangkan dia dari pandanganku.”
“Apa? Kau pikir bagaimana jadinya kalau tidak ada dia? Kita
tidak bisa menemukan bukti sejauh ini. Dan kau..!! Kau hanya bisa mengomel
dengan marah-marah tidak melakukan apapun. Memangnya apa yang bisa hantu
lakukan? Apa mau dikata, hantu tidak
seharusnya bekerja bersama manusia. Aku melakukan ini juga untukmu, jadi tak
seharusnya kau berkata begitu pada Yuki.” Kemarahan memuncak kala itu juga,
cucuran air mata mengalir dipelupuk hantu Onryou.
“Kau... tak usah membantuku menemukan pelaku pembunuhanku.
Aku tidak butuh! Baiknya aku pergi dari hadapanmu, karena aku hanya
menyusahkanmu.” Kata hantu Onryou yang kemudian pergi menghilang.
Sejak pertengkaran itu, hantu Onryou sama sekali tidak
pernah terlihat. Begitu pula dengan Lee Xian, ia tidak menyelidiki khasus kematian
hantu Onryou lagi.
***
Tempat penginapan penuh Geisha yang menjajakan tubuhnya,
satu pengunjung yang terlihat mencolok berjalan sempoyongan dipapah seorang Geisha
menuju salah satu kamar terbaik. Angin malam menembus dinding merasuk menusuk
kalbu, membekukan tulang-tulang rusuk dan membuat bulu kudu berdiri. Rasa
merinding menjalar pada kulit, sepanjang jalan menuju kamar diterangi cahaya
temaram obor. Sesosok gadis sekelebat terlihat
didepan mereka berdua, tangannya mencengkeram sebilah pisau hendak ingin
membunuh. Tercekat akan keterkejutan, Gheisa yang memapahnya tumbang seketika.
Sedangkan pengunjung tua yang masih terbawa bius alkohol hanya meracau tidak
karuan sambil mengumpat. Sebilah pisau tajam siap menerkam dari udara kosong mengarah
padanya, Si pemabuk tua berlari sempoyongan menghindari tebasan pisau. Na’as
tidak ada jalan untuk lari, dia terjepit merapat di ujung dinding, gadis itu tersenyum
sinis. Lalu tebasan pisau tak bisa dihindari, tubuhnya tercabik-cabik,
kepalanya terputus dari leher menggelinding di lantai. Darahnya muncrat
dimana-mana tangannya terpotong menjadi lima, kaki kanannya sudah tidak
berbentuk. Gadis pembunuh itu pergi meninggalkan penginapan, berlari ke dalam
gelapnya malam. Tanpa ia sadari, tubuhnya telah dikendalikan hantu Onryou.
***
Dua kasus pembunuhan mutilasi terjadi dengan korban Klan G
dilaporkan pada Jaksa Negara Lee Xian. Satu korban pembunuhan terjadi di sebuah
penginapan terkenal, sedangkan satu lainya terbunuh dengan tubuh menggantung di
gerbang masuk rumah keluarga G. Penyelidikan yang panjang membawanya bertemu
lagi dengan hantu Onryou, pelaku pembunuhan. Di bawah sinar rembulan, Lee xian
berjalan sendirian menyusuri hutan tempat dia pertama kali bertemu dengan
Onryou, di tempat itu pula ia bertemu lagi dengan Onryou. Tatapan pandangan
sayu dan rindu terpancar pada dua insan berbeda dunia, cinta yang tidak bisa
diungkapkan.
“Kenapa kau melakukannya? Tidak seharusnya kau
melakukannya... pembunuhan itu. Awalnya mereka mengira ayahmu pembunuhnya, karena
selama ini yang memiliki konflik dengan kelompok G adalah keluargamu. Tapi
kesaksian seorang Geisha yang berada pada tempat kejadian dan beberapa hal aneh
mengenai pembunuhan menyadarkan aku akan pembunuh yang sebenarnya. Kau... Bukan
begitu? Aku telah menemukan bukti bahwa kau telah merasuki tubuh seorang gadis
desa.” ucap Lee Xian memulai percakapan.
“Kau sungguh tidak mengerti!! Malam itu, usai upacara
pemujaan dikuil, hanya tinggal aku dan pengawal setiaku berdiri menyembah memuja dewi putih. Ketika
pengawalku membisikkan kata-kata pemberkatan kaum Hidden, terdengar decit
langkah pada nightingale floor. Dua wajah berpakaian ninja serba hitam dengan
bandul kalung G dilehernya melangkah pelan menikam pengawalku dari belakang.
Aku yang shock berlari tanpa tujuan menghindari mereka. Tidak kusadari aku
telah berlari menjauh dari desa, menuju hutan rimba belakang bukit desa. Sulit
dipahami, dan masih saja aku belum memahaminya saat aku masih berdiri membeku
didekat sungai. Aku sadar orang orang Klan G pasti bisa mengejarku. Tatapan
mereka membuat aku lemah, mereka tidak memiliki belas kasih. Mereka telah
dirasuki oleh kematian setelah mereka berani membunuh orang didalam kuil.
Dikejauhan aku mendengar langkah kuda dengan jelas dan tajam. Aku pasrah karena
tidak bisa berkutik, malam itu juga kesucianku hilang dan aku terbunuh di bawah
pohon besar dekat sungai. Tidak salah, jika aku membunuh mereka, kau tahu? Aku
melakukan berbagai cara untuk mengingat kejadian terbunuhnya diriku. Aku
berhasil mengingat ingatanku yang hilang, wajar jika aku balas dendam.”
“Maaf... maafkankan aku.” Ungkap Lee Xian. Akirnya
perselisihan antara mereka berdua dapat terselesaikan. Rasa bersalah bercampur
cinta terjadi antara dua insan berbeda alam ini. Tidak lama mereka melepas rasa
rindu dan bersuka cita karena cinta, utusan dari neraka datang menjemput
Onryou. Namun kali ini Onryou sama sekali tidak melawan, awan mendung
menyelimuti bulan purnama. Di kala tragedi cinta terjadi, perpisahan yang amat
menyakitkan antara mereka bverdua.
“Selamat tinggal Lee.. Jika kita memang berjodoh, kita akan
bertemu di kehidupan selanjutnya. Aku mencintaimu.” Bersamaan dengan kata kata
Onryou, tubuhnya perlahan menghilang menjadi kepulan asap. Linangan air mata
menetes melewati pelupuk mata Lee Xian.
Begitulah kisah antara mkhluk dua alam yang berakhir tragedi
cinta. Tuhan menciptakan manusia dengan hidup, mati dan jodoh yang sudah ditakdirkan.
Pola kehidupan dan tindakan kita yang akan membawa kita pada nasib hidup
berbeda-beda. Tali benang merah sudah terikat sejak kita diciptakan di dunia.